Aku adalah pencipta pikiranku: Hidupku adalah hasil nyata pikiranku

Aku adalah pencipta pikiranku: Hidupku adalah hasil nyata pikiranku


Hari ini, aku duduk sendiri di sudut kamar yang terasa lebih sunyi dari biasanya. Tak ada suara bising, hanya suara detak jam dinding yang seolah menertawakan betapa lambatnya aku menyadari sesuatu: bahwa semua yang aku jalani, semua yang aku alami, adalah hasil nyata dari apa yang aku pikirkan selama ini.

Pernah nggak sih kamu merasa hidupmu stagnan? Seolah segala hal bergerak lambat, tidak sesuai harapan, atau bahkan seperti melawan arah? Aku pernah—berulang kali malah. Sampai akhirnya aku sadar, hidupku ini seperti layar bioskop besar yang menayangkan film hasil produksiku sendiri. Ide cerita, skrip, sutradara, bahkan pemain utamanya… semuanya adalah aku.

Aku mulai memahami bahwa setiap pikiran yang aku pelihara punya daya cipta. Saat aku mengizinkan diriku tenggelam dalam rasa takut, khawatir, atau marah, maka realita yang muncul juga tak jauh dari rasa-rasa itu. Tapi saat aku mulai mengasah pikiran untuk percaya, berharap, dan bersyukur, semuanya juga ikut berubah—perlahan namun pasti.

Ini bukan tentang berpikir positif ala motivator murahan. Ini tentang kesadaran penuh bahwa apapun yang kita tanam di pikiran kita, suatu saat akan tumbuh dalam bentuk peristiwa nyata di hidup kita. Kayak benih yang ditanam diam-diam, dia tetap akan tumbuh meski kita nggak selalu lihat prosesnya.

Aku ingat satu momen di mana aku merasa dunia ini nggak adil. Aku berpikir bahwa semua orang punya keberuntungan kecuali aku. Dan tahukah kamu apa yang terjadi? Aku benar-benar hidup dalam dunia yang terasa nggak adil. Tapi waktu aku ubah pikiranku, waktu aku bilang ke diriku sendiri, "Hei, kamu juga layak bahagia," perlahan hal-hal baik mulai datang. Bukan karena semesta tiba-tiba berubah, tapi karena aku yang berubah duluan.

Aku mulai memilih pikiran seperti aku memilih makanan. Aku ingin yang bergizi, bukan yang instan dan merusak. Aku belajar untuk tidak mengutuki nasib, tapi bertanya pada pikiranku sendiri: apa yang sedang kamu ciptakan, Reshi?

Pikiran kita adalah ruang desain. Tempat imajinasi dan harapan bisa dibuat menjadi nyata. Tapi kalau kita isi dengan racun, maka jangan kaget kalau hidup pun ikut keracunan.

Jadi kalau hari ini kamu merasa hidupmu tidak seperti yang kamu harapkan, cobalah duduk sejenak dan tanyakan dengan jujur: apa yang sedang kamu pikirkan selama ini? Karena hidupmu adalah layar, dan pikiramu adalah proyektornya.

Semoga tulisan ini bisa memberikan sedikit insight untuk siapapun kamu yang membaca tulisanku ini. Setidaknya, untuk diriku sendiri yang selalu berkunjung kembali dan membaca ulang setiap tulisan yang aku buat.

Dear Reshi,

Kamu sudah melakukan yang terbaik yang kamu bisa. Tapi jangan lupa untuk membaca kembali dan coba review lagi apa yang kamu tulis. Aku mencintaimu dan semua kemurnian di dalam dirimu.

It’s me, Reshi.